Selasa, 03 Mei 2016

KISAH LAMA DAN BUAH YANG RANUM

Tak terhitung waktu yang berlalu
Menungguiku melamunkan bayangmu
Tak ada pola tertentu
yang mampu menggambarkan
Bebas seperti angin
Seperti itu pula kau datang tanpa kusadari
Mabuk oleh nafsu?
Itu mungkin dulu

Kini bunga itu telah mekar
Buahnya telah matang dibanding musim kemarin
Dan “rasa” itu tak pudar oleh musim yang berlalu
Sekalipun ada yang berbeda dan berubah oleh waktu
Kau dan rasa itu tak mengenal aturan tersebut

Aku mengujinya dengan waktu
Dengan setiap musim dan perlakuan yang telah lewat
Pohonku dan “rasa” ini masih utuh
Yang berubah hanya bunga dan buahnya makin indah dan ranum
Dan tentu saja aku yang bertambah surut oleh usia
Pengalamanku mungkin tak sepertimu
Layaknya pipit yang terbang mencari rumahnya
Kau telah berkelana lebih jauh
Namun bila ini adalah takdir akhir
Ku yakin akan membawamu sekali lagi di pohonku
Tak sekedar memberi tempat berteduh
Namun juga rumah abadi bagimu, bila kau mau.
Kau selalu memiliki hak bebas
Bebas memilih datang dan pergi
Namun pohon ini tidak
Ia hanya dapat berdiri di tempatnya
sambil merambatkan akar yang jauh dan kuat
Bila kau mencari perteduhan lain
Mungkin saja itu adalah bagian dari diriku yang lain tanpa kau sadari
Kau yang hidup dalam anganku
Aah, khayalan yang indah
Seandainya perumpamaan itu benar dan tak terbalik

Ini kisah perjumpaan yang telah renta
Lebih dari 10 tahun lamanya
Berawal dari mendengar namamu
Lalu cerita tentang dirimu
Walaupun aku tak yakin kau tahu tentang aku
Bahkan namaku saja tak kau dengar di setiap perhentianmu
Dulu, kita bahkan tak bersapa
Hanya senyum, kukira demikian
Lalu tak kudengar lagi cerita tentangmu untuk waktu yang sangat lama
Dan kau hadir lagi dalam urutan pokok penulisanku
Mungkin kau tak semurni awal yang ku tahu
Namun hatiku sudah memilihmu
Sesuatu yang tak berpola seperti yang selama ini kuharapkan
Sempurna seperti yang ku mimpikan
Tapi mungkinkah menjadi pelengkap kehidupanku mendatang?

Sahabatku memberitahu untuk melupakanmu
Meninggalkan angan yang indah itu
Karena sebagai seorang pengelana, akan sulit bagimu menetap
Apalagi memilih pohon sebagai akhir perjalananmu
Keyakinanku makin luntur
Namun sekali lagi seperti angin yang bebas kau hadir
Memberitahuku dengan caramu bahwa kau selalu ada
Keyakinan yang tak perlu berucap namun memberi peneguhan
Hampir aku bertanya “apakah kau Musa?”

Hanya Tuhan yang tahu
Dulu kau pernah menjadi bagian dari doaku
Bahkan sebelum aku benar2 mengenalmu
Ini tak bersyarat
Sangat tulus dari seorang yang belum mengetahui tentang dunia luas tempatnya berpijak
Isi doa itu hanya rahasiaku dan Tuhan
Hingga akhirnya harus kutanya lagi,
Apakah ini bagian dari alasan mengapa dulu aku melampirkan namanya dalam daftar tersebut
Alasan dibalik pemilihan itu

Manusia sebenanya memilih
Tuhan yang akan memutuskan setiap detailNya
Manusia berusaha
Penguasa Semesta yang akan meneguhkan segalanya
Manusia mendoakan
Pemilik dan Pencipta Rasa itulah yang akan menyatukan menurut caraNya.

Kisah ini belum berakhir
Masih ada tumpukan pertanyaan
Keluhan dan keraguan
Namun kau datang membawa warna sendiri
Cerita berbeda untukku yang hanya “selalu disini”
Bilakah aku bukan rumah akhirmu,
Harap tak meninggalkan luka pada “pohon” ini
Agar utuh diriku bagi “pipit” yang tepat

Namun bilakah itu kau,
Akan jadi kebahagian menjadi rumah terakhirmu
Berbagilah denganku
Agar pada akhirnya ketika kefanaan kita tiba
Aku dapat berkata pada Pencipta
Betapa anugerahNya besar menyatukan kita yang berbeda.


*Untukmu yang telah kutunggu hampir dari separuh usiaku



Tidak ada komentar:

Posting Komentar